Rasanya bukan cicit kalau nggak telat me-review event. Itu pula alasan mengapa aku baru menulis review konser Rossa ini 1 minggu kemudian *Halllaaaah… ngeles mode ON tuuh* hahaha πŸ˜€

Tiket

Minggu lalu memang aku menyempatkan diri untuk menonton wanita mungil bersuara merdu itu menggelar konser tunggalnya yg bertajuk Persembahan Cinta Rossa. Benar-benar menyempatkan diri, karena begitu pulang kantor langsung tancap gas ke Gramedia Expo, tanpa mandi πŸ˜›

Aku sampai di Gramedia Expo pukul 6, itu pun hati sontak ketar-ketir melihat antrian panjang di luar, juga antrian parkir basement. Mana yg di tangan cuma kwitansi pula, belum tukar tiket. Tapi justru karena belum tukar tiket aku boleh masuk ke dalam, sementara yg sudah tukar malah harus antri di luar πŸ˜€

Habis tukar tiket, aku langsung menambah panjang antrian sepanjang kira2 4 meter dari pintu masuk. Sendirian. Soalnya teman banci konser-ku, Ella, belum datang. Hampir 1 jam kemudian dia nongol… duh, sudah pingin jitak! πŸ˜€

Jam 7 kurang dikit, kita mulai gelisah.. kok pintu belum dibuka? katanya mulai jam 7.. ternyata oh ternyata… kita salah baca. Konsernya jam 8, diminta datang (buat antri) jam 7! Pegel deh kakiku. Tapi ya untung juga sih aku datang duluan, secara antriannya sudah kayak ular naga panjangnya bukan kepalang.

Pintu dibuka jam 7 lebih. Lagsung deh pada cepet-cepetan masuk buat rebutan tempat strategis. Hehe.. maklumlah, kita beli yg kelas 1 alias yg regular. Aku dan Ella pilih duduk di baris ke-4, persis di tengah. Nyaman deh di situ nunggu. Tapi jujur aku bener-bener eneg sama iklan rokok yg diputer. Sebagai sponsor utama, iklan itu diputar berulang-ulang selama 1 jam masa penantian itu. 1 jam, man!! Mending kalau iklannya berbeda, nah ini iklannya cuma 1 macem.. diulang-ulang. Aku berasa dicuci otak X(

Akhirnya, jam 8 nyaris pas, lampu dimatikan dan di tirai bambu panggung disorotkan tulisan Rossa gitu.

Tak lama muncul sosok imut di tengah panggung. Semua pada tepuk tangan. Kemudian alunan “Nada-Nada Cinta” mengalir merdu dari bibir Rossa. Lagu yg jadi hits pertamanya itu dinyanyikan secara acapella sambil diiringi sama penonton-penonton yg ikutan nyanyi, termasuk diriku πŸ˜€

Setelah itu Rossa menyapa penonton, lalu lanjut dengan lagu rancak (aku nggak tau judulnya). Dress selutut warna hijau yg dipakainya membuat Rossa jadi terlihat lebih imut dan energik. Apalagi diiringi permainan lampu panggung dan tentu saja musik apik garapan Erwin Gutawa. Acara selama dua jam itu sukses menghibur ribuan penonton. Bahkan katanya, tiket sold-out H-4.

Konser yg dihadiri Wagub baru dan Wawali plus keluarga masing-masing adalah konser kedua setelah konser pertamanya yg digelar di Jakarta November 2008 lalu. Kata Rossa sih.. alasan dia memilih Surabaya karena penggemarnya di sini cukup banyak. Ah, masa iya.. apa bukan karena Yoyok orang Surabaya?? *kok jadi infotainment yaa…* πŸ˜›

Konsep acaranya sendiri mirip dengan yg di Jakarta. Rossa menyanyikan sekitar 18 lagu, kostumnya juga sama. Bedanya mungkin yg di Surabaya lebih minimalis. Kalau di Jakarta pakai Orkestra segala, di sini Erwin Gutawa cuma mengeluarkan Big Band-nya. Begitu juga dancernya, cuma 8 orang sementara di Jakarta sekitar 20 orang. Yah, HTM-nya juga beda, bo’.. di Jakarta HTM paling mahal 850K, plg murah 150K. Di Surabaya HTM-nya cuma ada 2 macem: 250K sama 100K.

Namun konsep minimalis itu sama sekali tidak mengurangi kualitas acara. T-O-P B-G-T!! Rossa benar-benar tampil prima. Rasanya sih, sependengaranku.. tidak ada fals-nya. Nyaris sebersih CD, tp ini feel-nya lebih dapet karena live. Rasanya juga hampir semua lagu-lagu hitsnya dinyanyikan deh.. Dari lagu yg bikin termehek-mehek macam Tegar, Aku Bukan Untukmu, Yang Terpilih, Atas Nama Cinta, Ayat2 Cinta, sampai lagu yg bikin goyang kayak Malam Pertama, Pudar, Sakura.. semua dibabat habis sama neng geulis ini.

Dan layaknya seorang diva, di konser ini Rossa juga nggak mau pakai baju itu-itu saja. Terhitung 4 baju yg dikenakannya malam itu. Setelah baju hijau yg lucu itu, Rossa tampil super anggun dengan gaun panjang warna pink mutiara yg cling-cling setiap kali dia gerak.

Lalu untuk lagu Malam Pertama, Rossa pakai baju mirip peri gitu, rok mini didobeli legging pink, plus mahkota kecil di kepala. Imut banget. Persiiiiss anak kecil.

Baju terakhir, tentu saja yg paling nggenjreng. Ball gown hitam keemasan yg mengembang di bawah. Gaun ini cling-clingnya lebih parah dari gaun kedua. Kayaknya swaroski satu ember besar ditaburkan di gaun itu deh. kinclong abis!

Saat paling berkesan buatku adalah saat Ayat2 Cinta. Sebagai intro dan ending Rossa memamerkan kepiawaiannya membaca Quran (sorry, aku lupa namanya apa).. sampe merinding! Yang juga special adalah ketika Rossa menghilang dari panggung (dan aku kontan komentar: “Ganti maning..”) lalu tiba-tiba muncul di belakang sambil bernyanyi Sakura. Yah, sepertinya ia ingin memberi kesempatan buat yg duduk di belakang (jauh dari panggung) agar bisa melihat dari dekat. Selain itu, tentu saja duet Rossa dengan Fadly di Terlanjur Cinta. Huuaaa… keren! Kata Rossa sih, Pasha nggak bisa datang karena baru punya baby.. jd kudu banyak-banyak istirahat dan kasih ASI exclusive *lho??* hehehe.. yg terakhir ini mah becandaanku saja πŸ˜€

Kesimpulannya… Erwin Gutawa dan Jay Subiakto benar-benar jaminan untuk acara yg bermutu deh. Benar-benar profesional. Rossa sendiri entertainer yg bagus, bahkan sudah amat layak disebut diva. Nggak cuma karena suaranya yg TOP, tp juga dia pandai mengajak penonton agar merasa menjadi bagian dari konser. Sudah cantik, orangnya ramah dan santun. Jadi heran.. kok Yoyok bisa2nya selingkuh ya… kurang apa coba Rossa itu ?? *Waallaaah… infotainment maniiing… kabur aja aaahh* πŸ˜€

PS: Pulang dr konser aku BT abis.. gara2nya selama konser aku tuh asik ngerekam n foto2 pake G900-ku yg ciamik itu.. rencana jg buat review ini. Ternyata oh ternyata.. nggak sengaja kehapus πŸ˜₯ Jadi, yg aku tempelin sekarang adalah foto2 di internet, kecuali 3 yg pertama. Itupun foto konser yg di Jakarta, bukan yg di Surabaya. S, thanks a lot buar berbagai sumber foto itu.. linknya sudah kucantumin,kok.. so.. bukan plagiarisme toh πŸ˜›